Ilustrasi, sumber foto: Istimewa
Poker Antik - Efek buruk narkoba tidak perlu diragukan lagi. Namun, kasus penyalahgunaan narkoba pada remaja semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini sangat disayangkan karena narkoba tidak hanya mengganggu prestasi akademik, tetapi juga berbahaya bagi kesehatan.
Angka penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja Indonesia terus meningkat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2018, setidaknya ada 2,2 juta remaja dari 13 provinsi di Indonesia yang menggunakan narkoba.
Ada banyak faktor spesifik yang dapat mempengaruhi kemungkinan remaja menyalahgunakan atau kecanduan narkoba. Apa saja faktor-faktor tersebut?
Memicu Remaja Menggunakan Narkoba
Berikut ini adalah berbagai faktor yang dapat membuat anak dan remaja lebih berisiko jatuh dan menjadi pecandu narkoba:
1. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan dari teman sebaya merupakan faktor risiko tertinggi penyalahgunaan narkoba pada remaja. "Mengikuti teman" atau "diterima di masyarakat" dapat memicu remaja untuk mulai mencoba narkoba dan menjadi kecanduan.
Selain teman, anggota keluarga juga bisa menjadi faktor lingkungan yang membuat remaja kecanduan narkoba, apalagi jika kondisi rumah tidak kondusif, misalnya karena tidak bisa menghadapi orang tua yang toxic atau kurang mendapat perhatian dari orang tua dan saudara kandungnya.
2. Faktor psikologis
Remaja yang mengalami stres berat, gangguan perilaku, atau masalah psikologis, seperti depresi dan gangguan kecemasan, lebih berisiko mengalami kecanduan narkoba. Bagi mereka, mengkonsumsi narkoba bisa menjadi cara atau bahkan solusi untuk mengatasi berbagai masalah yang mereka alami.
3. Faktor genetik
Keturunan juga merupakan salah satu faktor risiko penyalahgunaan narkoba pada remaja. Seorang remaja berisiko lebih besar menjadi pecandu narkoba jika memiliki orang tua atau saudara kandung yang juga kecanduan narkoba atau alkohol.
4. Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu juga bisa membuat remaja penasaran untuk mencoba narkoba dan akhirnya menjadi pecandu. Penelitian menunjukkan bahwa mencoba narkoba di usia muda meningkatkan risiko menjadi pecandu di kemudian hari.
Berbagai faktor risiko tersebut penting untuk dipahami, sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba pada remaja.
Tanda-Tanda Remaja Menjadi Pecandu Narkoba
Remaja yang menggunakan narkoba dapat menunjukkan beberapa tanda dan gejala fisik dan psikologis berikut:
1. Tanda fisik
Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala fisik yang dapat dikenali dari seorang pecandu narkoba:
Mata merah dan pupil menyempit atau membesar Perubahan pola makan atau tidur
Penurunan atau kenaikan berat badan yang drastis dalam waktu singkat
Sering lelah atau bahkan sangat energik dan tidak bisa diam
Sulit atau tidak bisa tidur
Perubahan penampilan fisik atau ketidakpedulian terhadap penampilan
Sering mimisan
Batuk yang tidak kunjung sembuh
Mengalami kejang tanpa riwayat epilepsi
2. Tanda-tanda perilaku dan psikologis
Selain gejala fisik, remaja atau orang dewasa yang menggunakan narkoba juga dapat menunjukkan beberapa tanda dan gejala psikologis atau perubahan perilaku, seperti:
Lebih tertutup dan sepertinya rahasia
Perubahan suasana hati yang tiba-tiba
Berkurangnya minat pada hal-hal yang disukai sebelumnya
Sulit berkonsentrasi
Kurang motivasi dan terlihat lesu
Cemas, paranoid, dan menarik diri dari lingkaran sosial
Sering bolos sekolah dan prestasi akademik menurun
Tidak hanya gejala psikologis di atas, remaja yang kecanduan narkoba juga sering berperilaku buruk, seperti mencuri atau menjual barang hanya untuk membeli narkoba, sering berkelahi dengan teman, atau sering berkonflik dengan keluarga dan guru.
Gejala Spesifik Jenis Narkoba yang Dikonsumsi
Selain gejala fisik dan psikis, gejala yang lebih spesifik juga dapat muncul tergantung dari jenis obat yang dikonsumsi. Berikut ini adalah tanda dan gejala spesifik efek obat berdasarkan jenis obat yang digunakan:
1. Obat stimulan
Beberapa contoh narkoba yang termasuk golongan stimulan adalah kokain, ekstasi, dan amfetamin. Obat jenis ini dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, sulit tidur, tidak bisa diam, sering lapar, dan mudah lupa.
2. Obat golongan depresan
Narkoba yang tergolong obat depresan, seperti obat penenang, heroin, dan ganja, akan membuat penggunanya merasa lebih rileks, mengantuk, pernapasan melambat, tekanan darah turun, detak jantung melemah, dan proses berpikir lebih lama.
3. Obat halusinogen
Obat halusinogen kadang juga disebut sebagai obat psikedelik. Contoh obat yang termasuk dalam golongan obat halusinogen adalah jamur ajaib, LSD, ketamin, ekstasi, dan ganja.
Obat jenis ini dapat menyebabkan halusinasi, perubahan suasana hati, mual, pusing, dan muntah.
Cara Mengatasi Kecanduan Narkoba pada Remaja
Sebagai orang tua, penting bagi Anda untuk membekali anak Anda dengan pengetahuan tentang bahaya narkoba. Dengan informasi yang jelas dan akurat, anak-anak dan remaja akan memahami dan memahami bahaya narkoba.
Saat menjelaskan bahaya narkoba kepada remaja, hindari menggunakan kalimat yang cenderung menakut-nakuti. Sebaliknya, berikan informasi yang jelas tentang efek dan akibat penggunaan narkoba.
Jika anak sudah atau terbukti menggunakan narkoba, terus tangani dengan bijak dan terbuka. Sebagai orang tua, Anda mungkin sangat kecewa dan emosi Anda mudah terpancing. Namun, cobalah untuk berbicara dengan tenang agar anak Anda merasa peduli, empati, dan penuh kasih sayang.
Dengan mendengarkan dan memberikan ruang kepada anak untuk berbicara, mereka dapat lebih jujur tentang apa yang sedang terjadi dan mengapa mereka menggunakan narkoba.
Jika anak Anda menjadi korban penyalahgunaan narkoba pada usia remaja, Anda bisa membawanya ke psikiater untuk konsultasi dan pemeriksaan psikologis.








0 Komentar