POKERANTIK : POKER | DOMINO99 | BOLA TANGKAS | LIVE CASINO
Wacana tentang pajak mobil baru nol persen telah ditolak oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani. Akan tetapi, masih ada harapan mengenai relaksasi pajak mobil untuk mendongkrak industri otomotif yang dilanda kelesuan ini.
Sebenarnya, wacana tentang pajak mobil baru nol persen yang telah diajukan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) muncul dengan tujuan untuk meningkatkan industri otomotif. Dengan adanya relaksasi pajak itu, harga mobil bisa lebih murah sehingga akan kembali tumbuh daya beli masyarakat. Apabila industri otomotif meningkat, efek berantainya banyak. Terdapat sebanyak 1,5 juta tenaga kerja yang terlibat di dalam industri otomotif.
Kukuh Kumara selaku Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), mengatakan bahwa pajak mobil baru nol persen mungkin agak sulit dikabulkan. Akan tetapi, pihaknya berharap akan adanya relaksasi yang lebih masuk akal.
Harapannya adalah mobil-mobil yang menjadi tulang punggung industri otomotif Indonesia akan diberi relaksasi. Di antaranya yaitu mobil 4x2 bermesin 1.500 cc ke bawah dan 4x2 bermesin 1.500 cc sampai 2.000 cc.
Mobil-mobil jenis itu merupakan segmen yang paling laris di Indonesia. Bahkan, mobil itu juga kebanyakan sudah diproduksi di dalam negeri.
"Ini marketnya relatif banyak. Harapannya kalau itu bisa dikabulkan, berapa pun relaksasinya, harapannya itu akan menjadi pendorong, supaya masyarakat melihat ini dan memanfaatkan momentum itu untuk belanja kendaraan bermotor," ujar Kukuh dalam wawancara bersama CNBC Indonesia TV, Selasa (20/10/2020).
Kukuh menjelaskan, mengenai relaksasi pajak mobil baru yang diharapkan itu tidak akan selamanya, melainkan hanya sementara saja. Di negara Thailand dan Malaysia pun relaksasi serupa hanya berlaku sementara saja.
"Ini untuk jangka waktu tertentu saja, katakanlah apakah 3 bulan atau 6 bulan. Ini tergantung dari nanti modelling dari pemerintah seberapa yang bisa diberikan. Setidaknya ini bisa membantu supaya industrinya bergerak. Ada 1,5 juta orang yang bekerja di sana, kalau ini bisa kembali normal, tentunya mereka juga akan diberdayakan, dan mereka mampu membelanjakan dari hasil kerjanya, ini akan menjadi semacam bola salju yang langsung gelinding menggerakkan percepatan pemulihan ekonomi," ujar Kukuh.
0 Komentar